Tetapi, trading dengan cara Trend-Following ini tidak gampang. Saat lihat chart saja, trader pemula umumnya bingung, “Di chart H1, harga nya naik. Tapi chart D1, harga nya turun. Jadi, tren-nya naik atau turun? ” Oleh karenanya, dalam pengerjaannya, trader pemakai cara Trend-Following ini butuh mengambil keputusan dua hal perlu sebelumnya mulai trading, yakni :
1. Piranti analisa teknikal apa yang juga akan dipakai?
Di antara sebagian tanda popular untuk cara Trend-Following ada Moving Averages, MACD, Relative Strength Index (RSI), serta On Balance Volume (OBV). Walau demikian, beberapa trader juga pilih untuk trading tanpa ada tanda. Alih-alih tanda teknikal, mereka cuma menggambar Tren Line pada chart, atau menganalisa bentuk-bentuk Candlestick yang keluar pada chart saja. Mana yang tambah baik? Langkah manapun yang kamu tentukan, baik dengan atau tanpa ada tanda, keduanya keduanya sama dapat berhasil seandainya kamu benar-benar menguasainya.
2. Trend juga akan diliat pada timeframe apa?
Umumnya trader juga akan lihat chart pada timeframe yang semakin besar jadi rujukan, lalu menengok chart pada timeframe lebih kecil untuk eksekusi trading. Untuk trader harian, timeframe rujukan umumnya H4, lalu eksekusi pada timeframe H1. Jika timeframe H4 tunjukkan trend naik, sedang H1 jadi alami penurunan, jadi hal semacam ini mungkin saja ada tanda-tanda pembalikan harga, atau sebatas koreksi sebentar serta harga juga akan naik sekali lagi. Hal semacam ini butuh dinilai berdasar pada tanda teknikal atau Candlestick yang keluar pada chart.
Dua hal tersebut adalah bebrapa basic dari cara Trend-Following yang butuh dipahami tiap-tiap trader. Tetapi, cuma dua itu saja akan tidak dapat buat kamu berhasil. Ada satu panduan ampuh untuk trading Trend-Following yang perlu dipahami juga, yakni : “buy dips in uptrends and sell rallies in downtrends”. Berarti, dalam cara Trend-Following, kamu dianjurkan supaya lakukan Buy waktu harga yang melaju dalam trend naik tengah terkoreksi turun, serta kerjakan Sell saat harga yang turun dalam trend turun tengah berbalik naik sesaat. Di bawah ini misalnya :
Seperti kamu kenali, harga tidak lurus selalu hingga ke puncak teratas, juga tidak lurus turun selalu hingga ke level paling rendah. Di antara level teratas serta paling rendah, harga juga akan bergerak seperti zig-zag, walau ada trend spesifik yang dituju. Karena itu, tidak butuh menungggu sampai harga naik hingga ke puncaknya baru kerjakan Sell, juga tidak butuh menanti sampai harga turun hingga ke level paling rendah baru kerjakan Buy. Malah, dalam cara Trend-Following, yang benar yaitu memakai kesempatan trading saat satu trend besar tengah terkoreksi.
Untuk temukan titik-titik koreksi ini, kamu bisa memakai tanda Oscillator, umpamanya RSI atau Channel. Umpamanya saat trend pada umumnya turun, namun RSI telah oversold, jadi itu bermakna saatnya harga terkoreksi naik. Saat RSI telah mulai berbalik turun, itu adalah kesempatan untuk kamu untuk Sell. Alternatif beda, kamu bisa menggambar dua garis sejajar yang mengapit harga dalam trend alami penurunan sampai mirip saluran pipa (Channel). Saat harga menjangkau garis tertinggi, jadi peluang juga akan berbalik turun sampai garis terikuth, hingga itu adalah kesempatan Sell juga.
Gampang bukanlah!? Untuk membiasakannya, kamu bisa berlatih di account trading demo, maupun account trading live dengan modal kecil. Sesudah punya kebiasaan lakukan cara Trend-Following ini, pasti kamu dapat memperoleh keuntungan yang memuaskan.
bacalah juga : Beberapa Jenis Kiat Trading.
0 comments:
Post a Comment